Sabtu, 28 Maret 2015

cerpen pertamaku _ Anna


Take Action
Bulan setengah lingkaran menggantung indah dipuncak malam. Cahayanya redup dan tidak memperlihatkan kebesarannya sebagai benda angkasa yang berkuasa memuncaki malam. Bintang-bintang yang ada di sekitarnya pun tidak seberapa banyak, hanya beberapa yang terlihat jelas kerlipnya, lainnya redup dan tidak jelas keberadaannya.
Angin yang seharusnya bertiup lembut, tidak kurasakan. Tidak seperti beberapa malam sebelumnya, tidak ada penyambutan khusus darinya. Biasanya, setiap aku membuka jendela kamar beranda rumahku ini, aku selalu disambut belaian angin malam yang dingin, mengelus seluruh pori-pori kulit wajahku. Namun, malam ini tidak, aku tidak merasakan hembusan angin. Aku sering menatap kosong keindahan malam kota di beranda ini, berusaha untuk menemukan sesuatu yang tidak aku ketahui atau hanya untuk menenangkan diri sendiri. Ya, seperti yang kulakukan malam ini, berusaha untuk menenangkan diri.
Namaku Raziq. Aku seorang siswa dari salah satu SMA di Berau. Aku berasal dari keluarga yang berkecukupan, orang tua ku selalu memberikan apa yang aku butuhkan. Aku bukanlah seorang siswa yang pintar dan bukan pula seorang siswa yang berprestasi. Sudah tigakali aku terpaksa di keluarkan dari sekolah, dengan alasan yang sama yaitu karena ketidak disiplinan dan kenakalanku. Sudah terlalu sabar orang tua ku menghadapiku, dan kini aku ingin membalas semua kebaikan orang tua ku dengan membuktikan keseriusanku dalam menuntut ilmu.
Kini aku telah menginjak kelas 3 SMA, sekarang tidak ada lagi waktu untuk bermain-main atau untuk bersenang-senang bersama teman-temanku. Di kelas ini aku bertekad untuk bisa menjadi yang terbaik, entah bagaimana caranya. Aku tidak tahu harus memulai dari mana untuk mewujudkan mimpi ku ini, sudah terlalu banyak catatan merah yang melekat di diriku.
Aku melangkahkan kaki ku menuju kelas yang berada di ujung dari bangunan ini, dengan penuh semangat aku memasuki ruangan yang riuh dengan canda tawa dari teman-temanku.
“Teman-teman, mohon perhatiannya donk” berusaha mengambil alih keadaan kelas. “ok terima kasih, hemm saya hanya ingin menyampaikan sebuah rencana besarku kepada kalian” sejenak ruangan ini sunyi tanpa sepatah kata pun.
“Rencana apa ziq” tanya Ahmad sahabatku.
“Hemm begini, setelah aku renungkan tentang hidupku, sudah terlalu banyak catatan kusam tentang hidupku, aku bertekad mulai dari sekarang aku akan mengganti catatan kusam itu dengan catatan yang lebih indah” jelasku
“Kamu kenapa ziq? sakit ?” Tanya Raisa dengan mimik bingung dan heran
“Hahaha... ya nda lah raisa,, aku sehat wal afiat. Aku hanya ingin mengubah hidupku menjadi lebih baik lagi. Ok teman-teman ini janji saya dan mulai sekarang saya akan belajar dengan sungguh-sungguh, ya targetku sih jadi lulusan terbaik.. “jelasku
“What??? Lulusan terbaik?? Yakin ziq?? Memang bisa?? Nilai kamu aja gak pernah lebih dari nilai standar kelulusan, itupun karena guru-guru sudah bosan memperbaiki nilai kamu..” celoteh Alya, siswa paling berprestasi di sekolah ini.
“Yaa.. do’akan aja.. namanya juga usaha” jawabku singkat.
Tanpa disadari kata-kata Alya itu, bagaikan pedang tajam yang telah mencincang-cincang hati ku dan seluruh jiwaku, bukan lebay tapi itulah perasaanku. Kata-kata itu memang wajar dilontarkan, aku sadar bahwa memang aku bukanlah siswa yang pintar dan bukan pula siswa yang rajin untuk mengulang pelajaran. Hampir setiap mata pelajaran nilaiku selalu merah kecuali mata pelajaran matematika karena aku sangat menyukainya. Bahkan untuk memperbaiki nilai-nilaiku butuh berulang-ulang kali untuk mendapatkan nilai yang ditetapkan. “Biarkan orang lain meremehkanmu tapi jangan biarkan dirimu meremehkan diri sendiri” semangatku.
Tok.. tok... tok.., Ketukan pintu menyadarkan dari lamunanku.
“Raziq,, ini silahkan kamu isi formulir ini” selembaran kertas dari tangan ibuku.
“Apa ini bu?” tanyaku bingung.
“Ini formulir bimbingan belajar, kamu sekarangkan sudah kelas 3 SMA, sebentar lagi kamu akan ujian, Ibu berharap kamu mau mengikuti kursus bimbingan belajar ini supaya kamu bisa lulus dengan baik dan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Kamu mau kan?” jelas ibu dengan penuh harap
Jenjang lebih tinggi? Ya aku mau melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, aku akan menepati janjiku bahwa aku akan mengubah hidupku menjadi lebih baik lagi, aku mau mewujudkan impianku untuk menjadi arsitek terkenal seperti ayah, desahku dalam hati. “ Iya bu, Raziq mau ikut bimbingan belajar itu. Jadi kapan kegiatan itu dimulai bu? Tanyaku penuh semangat.
“Alhamdulillah, kegiatan itu Insyaallah dimulai minggu depan. Sekarang... kamu isi formulir ini dan lengkapi semua persyaratannya, biar besok bisa Ibu antarkan formulir ini” jelas Ibu dengan mimik ceria.
“Oke bu” jawabku singkat.
“Raziq...” tatapan ibu lekat
“Iya bu...”
“Siapapun bisa jadi juara kalau tidak menyerah, berusahalah di atas rata-rata orang lain. Jangan menyerah, karna menyerah berarti menunda masa senang di masa datang” jelas ibu, memberiku semangat. “Dan ingat, perjuangan tidak hanya butuh kerja keras, tapi juga kesabaran dan keikhlasan untuk mendapat tujuan yang di impikan” tambah ibu.
“Iya bu, terima kasih nasehatnya” jawabku. Raziq akan membanggakan ibu dan ayah, bisikku dalam hati.
Aku berharap semoga ini adalah sebuah jalan yang di berikan Allah untuk ku, jalan yang akan membantuku menjadi lebih baik, apapun akan aku lakukan untuk mengubah diriku menjadi lebih baik dan membuktikan kepada dunia bahwa aku bisa memberikan manfaat bagi orang lain, desahku dalam hati. Seketika aku ingat nasehat ayahku, beliau pernah mengatakan kepadaku bahwa “jadilah seperti anjuran Nabi, khairunnas anfauhum linnas, sebaik-baik manusia adalah manusia yang memberi manfaat bagi orang lain”. “Ya hatiku semakin yakin bahwa aku bisa menjadi yang terbaik dan aku bisa memberi manfaat bagi orang lain, biarlah mereka berpendapat apapun tentangku, karena bukan mereka yang menentukan nasibku, tapi diriku dan Tuhan” memotivasi diriku sendiri.
~
Kini setiap hari, kulalui dengan tumpukan buku-buku pelajaran. Ujian Nasional tinggal menghitung minggu, tumpukan-tumpukan buku pelajaran satu persatu aku tumbangkan dengan keringat dingin dan nafas ngos-ngosan. Aku bukan siswa yang cepat menangkap pelajaran, itu sebabnya aku selalu mengulang untuk mempelajari semua materi pelajaran yang telah diberikan di sekolah dan di tempat bimbingan belajarku. Jangan menyerah, tinggal beberapa langkah lagi untuk mencapai tujuan, Semangatku dalam hati.
Tak terasa, ini adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupku, hari dimana aku akan membuktikan hasil kerja kerasku selama beberapa bulan terakhir, hari dimana aku akan menepati semua janji-janjiku.
Dengan semangat aku turunin tangga satu persatu dengan debaran jantung yang tak menentu menuju ruang makan untuk sarapan bersama keluargaku. Dengan senyuman manisnya, ibu mempersilahkan ku duduk dan memberiku beberapa potong roti untuk mengisi perut agar lebih siap berjuang dengan senjata runcing yang telah aku siapkan sejak semalam, pensil 2B.
“Jangan lupa baca do’a makan ziq...” canda ayah, beliau tahu bahwa aku cukup gugup untuk menghadapi hari ini.
“Hehe.. iya yah” jawabku singkat
Seketika ruangan makan hening. Jantungku berdegub kencang, ada rasa serba salah dalam hatiku, aku takut tidak bisa menyelesaikan soal-soal ujian dengan baik, ingin rasanya lari dari semua ini, tapi itu tidak akan aku lakukan. Aku tidak akan menyerah, meski hidup ku digelung kegalauan akut. Aku dengan segera menyelesaikan sarapan dan pamit untuk pergi ke sekolah.
“Ayah.. Ibu.. Raziq pamit ke sekolah dulu, do’akan Raziq ya” pintaku seraya mencium tangan kedua orang tua ku. Aku percaya bahwa do’a orang tua dapat menolong setiap langkah kaki ku di bumi ini.
“Iya ziq, Ibu dan ayah pasti akan mendo’akanmu, semoga kamu bisa menyelesaikan semua soal ujian dengan mudah dan bisa mencapai cita-citamu” do’a ibu.
“Hemmm... Kamu pasti bisa ziq” semangat ayah seraya menepuk-nepuk punggungku.
“Iya ayah.. Ibu.. terima kasih do’a nya, Raziq pamit dulu. Assalammualaikum”
“Waalaikumsalam” jawab orang tua ku.
Senyuman dan salam, ku ucapkan untuk mengawali langkah kaki ku. Terbayang wajah ayah dan ibu ku, senyuman dan do’a mereka menjadi semangat baru bagiku. Aku usir jauh-jauh rasa takutku dan dengan semangat aku langkahkan kaki ku menuju ruang ujian, mempersiapkan segalanya dan membaca soal satu persatu dengan hati-hati.
Tak terasa aku telah mengikuti semua ujian yang diadakan di sekolah. Hanya tinggal menunggu beberapa minggu untuk mengetahui hasilnya. Setelah ujian itu berlangsung tidurku tidak pernah nyenyak, hatiku selalu gelisah dan tidak tenang. Selalu dibayangi mimpi-mimpi buruk tentang ujian. Semakin dekat waktu pengumuman semakin kacau mimpiku, semakin tidak enak makan dan tidurku. Pikiran aneh-aneh silih berganti, bagaimana kalau aku tidak lulus? Aku coba usir kekhawatiran ini jauh-jauh dengan berdo’a khusyuk atau dengan bermain basket bersama teman-temanku.
Tiba waktunya, jantungku terus berdegub kencang, wajahku pucat dan pasrah. Aku akan menerima apapun hasilnya. Aku yakin bahwa tuhan selalu menentukan yang terbaik untuk hambanya. Gedung ini telah dihadiri seluruh peserta ujian, dengan suara serak kepala sekolah memberikan pidato singkatnya, setelah itu dilanjutkan dengan membacakan hasil ujian. Dengan seksama aku mendengarkan setiap nama yang disebutkan, dari A sampai Z, tapi... dimana namaku, kenapa belum disebutkan. Dengan segera kepala sekolah menyatakan bahwa hanya siswa yang disebutkan yang di nyatakan lulus ujian, dan seluruh nama siswa disebutkan... berarti seluruh siswa lulus kecuali..... aku! Ya aku. Apa?? akuuuu....??.
Bagaikan tersengat listrik disiang hari, mukaku pucat dan timbul berjuta penyesalan. Kenapa aku tidak berusaha lebih baik?. Teman-temanku menatapku dengan  Iba, berusaha memberiku semangat, tapi aku tidak butuh kata-kata semangat mereka, aku sudah terlalu kecewa dengan diriku sendiri, aku malu untuk mengatakan kepada orang tua ku, AKU GAGAL. Suara mikropon berdengung terdengar suara serak kepala sekolahku, aku sudah tidak tertarik dengan apa yang akan di bicarakannya.
“Hadirin sekalian, mohon perhatiannya” seketika ruangan menjadi tenang. “memang benar kata pepatah bahwa sabar itu awalnya terasa pahit, tetapi akhirnya lebih manis dari pada madu”. Aku tidak perduli dengan yang dia katakan.
“Baiklah... ada hal yang terlupakan yaitu membacakan predikat dari kelulusan yang kalian dapatkan” penjelasannya itu seakan-akan tidak perduli dengan perasaanku, tapi ada rasa penasaran, mungkin Alya yang mendapatkan predikat itu, dia siswa terbaik di sekolah ini. “Baik langsung saja... adapun siswa yang mendapatkan predikat lulusan terbaik dengan nilai yang nyaris sempurna adalah Muhammad Raziq”
Itu namaku,, yaaa gak salah lagi hanya aku yang memiliki nama itu di sekolah ini. AKU BERHASIL. AKU LULUS. AKU BISA. Seketika itu juga aku langsung sujud syukur dan memeluk teman-teman yang bergembira digedung ini. Aku lulus dengan nilai yang memuaskan, gedung ini sentak menjadi ramai dengan tepuk tangan yang riuh dan sorak-sorak teman-teman semua.
~
Belaian lembut udara pagi ini mengawali hariku yang indah, tenang dan penuh harapan. Pantulan cahaya matahari di ufuk timur menampakkan berjuta pesonanya, bagaikan magnet yang terus menarik perhatianku. Pandanganku terus menerawang keseluruh bagian pulau ini. Indah dan penuh ketenangan desahku dalam hati. Tak ada satu bagianpun yang terlewatkan dari mataku. Perlahan aku berjalan di atas pasir putih dan menikmati belaian lembut air laut yang menari indah ditepi pantai.
Penghuni pulau ini telah tersadar dari mimpi indahnya, kini mereka sibuk dengan rutinitas hariannya. Tak luput dari pandanganku kapal-kapal nelayan nan sederhana yang beranjak pergi meninggalkan bibir pantai dengan penuh harapan, tersirat sebuah cita-cita mulia dari setiap langkahnya, meninggalkan daratan yang tenang untuk mencari sesuatu yang tersimpan dibalik terjangan ombak yang ganas.
Mengenang masa lalu, membuatku terkekeh sendiri di kursi pantai Derawan, masa remaja yang ku hiasi dengan kenakalan, hingga akhirnya aku bertekad mengubah penilaian orang tentang diriku. Kini aku telah lulus S3 dengan predikat lulusan terbaik , memiliki seorang istri yang cantik dan sholehah serta memiliki dua orang bidadari kecil. Sekarang aku telah menjadi seorang arsitek terkenal seperti impianku dan memiliki beberapa usaha adalah bukti bahwa aku telah menepati janji-janjiku, bahwa aku akan menjadi yang terbaik dan bermanfaat bagi orang lain.
Kini terbayar lunas sudah semua janjiku kepada diriku sendiri. Semua impian, cita-cita akan terwujud dengan kesungguh-sungguhan, seperti nasehat Imam Syafi’i “Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang”. Bagaimanapun tingginya impian, dia tetap wajib di bela habis-habisan, walau semua orang meragukan, meski semua orang meremehkan. Aku selalu berusaha memotivasi diriku sendiri ketika aku rapuh, aku percaya bahwa usaha yang sungguh-sungguh dan sabar akan mengalahkan usaha yang biasa-biasa saja. Karena sesungguhnya didalam sabar itu ada pintu kesuksesan. Man Jadda Wajada.

Morphemes - Morphology


CHAPTER I
INTRODUCTION
A.     Background
People must understand structure of language and can use it as well as possible; language is needed by people so far they need to interaction with each other. Therefore, we must understand it. People not only understand but also how the way uses a good language to commutate each other. As we see today, communication is very need by all people because first tool of interaction is language. Wedrana Mihalicek et al (2011: 7) said “when you use language, you use it to communicate an idea from your mind to the mind of some else”.
Human life in the world need to interaction with the other people to cover our need. In addition, we cannot life as individual in this world and we must make interaction and communication each other. In their interaction and communication, we must use tool to understand what we want. Language as a toll of communication so if we understand and be able to use it as well as we can interact and communicate with each other but if we do not understand and cannot use it as well as, we cannot interact and communicate with them.
As we know in our interaction, language as tool of communication to express our need like thoughts and feeling and this fact like A.S Hornby (1995: 662) say “language is system of sounds and word used by human to express their thoughts and feeling“. Therefore, we must learn language to understand people’s thoughts and feeling and to understand and use language we must understand the pattern because language has some of pattern to construct it sentence, phrase and word, like how to mike like become dislike. English is one of popular language in this era and English has some of pattern to construct it word, phrase and sentences.
One of pattern in English language about how a word has same meanings because of addition some of Alfa bates in beginning or end of word. This pattern called morphology in English. Morphology in English language has different processes and some of them make new meaning and part of speech.

B.     Research Question
Based on the background above the writer wont to take the research questions as follow:
  1. What is the definition of morphology and morphemes?
  2. What is the kinds of morphemes?
  3. What is the meaning of root and affixes?
  4. What are the derivational and inflectional morphemes?
C.     Objective of the Research
The objectives of this research based on research problem above are:
  1. To know the definition of morphology and morphemes
  2. To know the kinds of morphemes
  3. To know the meaning of root and affixes
  4. To know the derivational and inflectional


CHAPTER II
DISCUSSION

A.     Definition of Morphology and Morphemes

A word Morphology is from Greece “morphe “that has meaning “forms”. It means the morphology is a science of language that focuses on language and how that language special word   formed.Morphology is the study of the basic building blocks of meaning in language. Morphology is the study of how words are put together or “shaped” by using morphemes, which include prefixes, roots, and suffixes.

Knowing the different morphemes in a word allows one to not only figure out its definition, but also determine whether it’s a noun, verb, or adjective. The words morphology and morpheme both come from the Greek root word morph meaning “shape;” morphology is therefore the study of the “shape” words take, whereas morphemes are those building blocks which “shape” the word.

These building blocks, called morphemes, are the smallest units of form that bear meaning or have a grammatical function.A morpheme can be defined as a minimal unit having more or less constantmeaning and more of less constant form. For example, linguists say that the word buyers is made up of three morphemes{buy} +{er} +{s}. The evidence for this is that each can occur in other combinationsof morphemes without changing its meaning. We can find {buy} in buying, buys, and {er} in seller, fisher, as well as buyer. And {s} can be found in boys, girls, anddogs. The more combinations a morpheme is found in, the more productive it is said tobe.



B.     Kinds of Morphemes

1.      Free Morphemes
Free morphemes are those that can stand alone as words. They may be lexical morphemes ({serve}, {press}), or grammatical morphemes ({at}, {and}).
A morpheme is free if it is able to appear as a word by itself. It is bound if it can only appear as part of a larger, multi-morphemic word. Every morpheme is either free or bound. Free morphemes are also referred as roots.

2.      Bound Morphemes
Bound morphemes can occur only in combination—they are parts of a word. They may be lexical morphemes (such as {clued} as in include, exclude, preclude) or they may be grammatical (such as {PLU} = plural as in boys, girls, and cats).
Bound morphemes are also referred to as affixes, among which there are prefixes, infixes, and suffixes.
Lexical and Grammatical Morphemes
Lexical morphemes are those that having meaning by themselves (moreaccurately, they have sense). Grammatical morphemes specify a relationshipbetween other morphemes. But the distinction is not all that well defined.Nouns, verbs, adjectives ({boy}, {buy}, {big}) are typical lexical morphemes.Prepositions, articles, conjunctions ({of}, {the}, {but}) are grammatical morphemes.





 

























Division of Morphemes into Various Types


C.     Roots and Affixes

1)      Root Words (also called stems)

A root is the irreducible core of a Word, with absolutely nothing else attached to it. It is the part that is always present, possibly with some modification, in the various manifestations of a lexical. Many words contain a root standing on its own. Roots which are capable of standing independently are called free morphemes.
Root
Stem
Non-affix lexical content morphemes that cannot be analyzed into smaller parts  (ex.) cran (as in cranberry), act, beauty, system, etc.
·         Free Root Morpheme: run bottle, phone, etc.
·         Bound Root Morpheme: receive, remit, uncouth, nonchalant, etc. 
·         When a root morpheme is combined with affix morphemes, it forms a stem. 
·         Other affixes can be added to a stem to form a more complex stem. 
Complex words consist of a root and one or more affixes. A root is a content morpheme that cannot be analyzed into smaller parts. Seen another way, the root is what's left when all prefixes and suffixes have been removed. Some examples are paint in painter, read in reread, and ling in linguistic. A root may or may not be a standalone word (ling isn't). Root words can be combined with prefixes and suffixes to create new words. In this basic course, the words "root" and "stem" are used interchangeably because, while not identical, they are linguistically similar in meaning. 



2)      Affixes (prefixes, suffixes, infixes, and circumfixes)

Affixes are bound morphemes (meaning they cannot stand alone like words can) that we add to free morphemes to create new words. This is the four kinds of affixes with examples from languages of the world. 
Prefixes
Suffixes
Infixes
Circumfixes 
Bound morphemes which occur only before other morphemes.
Examples:
un- (uncover, undo)
dis-(displeased, disconnect),
pre- (predetermine, prejudge)
Bound morphemes which occur following other morphemes.
Examples:
-er (singer, performer)
-ist (typist, pianist)
-ly (manly, friendly)
Bound morphemes which are inserted into other morphemes.
Bound morphemes that are attached to a root or stem morpheme both initially and finally.

a.      Prefixes

Morphemes are the minimal units of meaning in all languages, and many languages have prefixes and suffixes. But languages may differ in how they deploy their morphemes. A morpheme that is a prefix in one language may be a suffix in another language. 
Prefix is a letter or group of letters attached to the beginning of word that party indicates its meaning. For example, the word prefix itself begins with a prefix-pre, with generally means before. Understanding of the common prefixes can help deduce the meaning of new words that we encounter. However, some of prefixes (such as in-) have more than one meaning. Agusmortoyo et al (2012: 3-4)

Prefix
Meaning
Example
a, an
Without
Amoral
Ante
Before
Antecedent
Anti
Against
Anticlimax
Auto
Self
Autopilot
Circum
around
Circumvent
Co
with
Copilot
Com
Con
with
Companion, contact
Contra
Against
Contradict
De
Off, away from
Devalue
Dis
Not
Disappear

b.      Sufixes

Suffix is a letter or a group of letters attached to the end of a word to form a new word or to alter the grammatical function of the original word. For example, the verb read can be made into the noun reader by adding the suffix –er; read can be made into the adjective by adding the suffix – able. Agusmortoyo et al (2012: 3-4)


Suffix
Meaning
Example
-acy
State or quality
Privacy
-al
Act or process of
Refusal
-ance, ence
State or quality of
Maintenance, eminence
-dom
Place or state of being
Freedom, kingdom
-er, -or
One who
Trainer, protector
-ism
Doctrine, belief
Communism
-ist
One who
Chemist
Ity,-ty
Quality of
Veracity
-ment
Condition of
Argument
-ness
State of being
Heaviness
-ship
Position held
Fellowship
-sion, -tion
State of being
Concession, transition

c.       Infixes

Some languages also have infixes, morphemes that are inserted into other morphemes. An infix is an affix inserted into the root itself. Infixes are very common in Semitic language like Arabic and Hebrew. But infixing is somewhere rare in English. Slat and Taylor (1978) suggest that the only infix that occurs in English morphology is /-n-/ which is inserted before the last consonant of the root in a few words of Latin origin, on what appears to be an arbitrary basis.

In fact, in fixation of sorts still happens in contemporary English. 
Example:
-         Kalamazu (places name)     → Kalama-goddam-zoo
Instantiate (verb)                 → in-fuckin-stantiate
-         Kangaroo                             → kanga-bloody-roo
Impossible                           → in-fuckin-possible
Guarantee                            → guaran-friggin-tee
(Recall that the arrow → means “becomes” or is “re-written as”.)

As you can see, in present-day English in fixation, not of an affix morpheme but of an entire word (which may have more than one morpheme, blood-y, fuck-ing) is actively used to form words. Curiously, this infixation is virtually restricted to inserting expletives into words in expressive language that one would probably not use in polite company. 
BontocIgorot, spoken in the Philippines, uses infixes, as illustrated by the following:
Noun/Adjective

Verb

Fikas
"strong"
Fumikas
"to be strong"
Kilad
"red"
Kumilad
"to be red"
Ngitad
"dark"
Ngumitad
"to be dark"
We have infixes in English, too, but they tend to be infixed full-word obscenities into another word, usually into adjectives or adverbs. The most common infix in America is the word firkin' and all the euphemisms for it, such as friggin', freakin', flippin', and bloody (and its euphemism, bloomin', British), as in un + fuckin' + believable and fan + funckin' + tastic, I'm not o + fuckin' + kay(in the song, "I'm not Okay" by the group My Chemical Romance.) 

d.      Circumfuses

Some languages have circumfuses, morphemes that are attached to a base morpheme both initially and finally. In Chickasaw, a Muskogean language spoken in Oklahoma, the negative is formed with both a prefix ik- and the suffix -o. The final vowel of the affirmative is dropped before the negative suffix is added. Examples of this circumfixing are:
Affirmative

Negative

Chokma
"his is good"
ik + chokm + o
"he isn't good"
Lakna
"it is yellow"
ik + lakn + o
"it isn't yellow"




D.    The Derivational and Inflection
There are two types of morpheme: free morpheme, and bound morpheme. Free morpheme is then further divided into two: lexical and functional morpheme. Bound morpheme is also further divided into two categories: derivational and inflectional morpheme.
Derivational morpheme changes the root's class of words or its meaning, or both. The word 'unhappy' derives from the root happy added with a prefix un. Both 'happy' and 'unhappy' are adjectives. The meaning, however, is totally different. "I am unhappy" is totally different from "i am happy". in this case, the prefix un is called derivational morpheme.
Inflectional morpheme, on the other hand, does not change either the root's class of words or the meaning. the word 'books', for example, derives from the root book added with a suffix –s. both 'book' and 'books' are noun. the meaning is still the same. the suffix –s only indicates the plural form. in this case, the suffix –s is inflectional.
We can make a further distinction within the set of morphemes that are both bound and grammatical. Bound grammatical morphemes (those that don’t havea sense by themselves and, additionally, always occur in combinations) arecommonly known as affixes. They can be further divided into inflectionalaffixes and derivational affixes.Here is some of the evidence for the distinction between inflectional andderivational affixes (the book has more):
Inflectional Affixes
Derivational Affixes
All are suffixes
May be either suffixes or prefixes
Have a wide range of application. E.g.
most English nouns can be made
plural, with {PLU}
May have a wide or narrow range
All native to English (since Old English
was spoken around 500-1000 AD)
Many were adopted from Latin, Greek,
or other languages. (Though others,
especially the suffixes, are native,
including {ful}, {like}, {ly}, and {AG})

1.      Inflectional Affixes
Inflectional morphemes, on the other hand, do notchange meanings or parts of speech, but instead simply make minor grammatical changes necessary for agreement with other words.
Example: cats        =cat + s
cooler        =cool + er.

English has only eight inflectional affixes:
2.      {PLU} = plural                                          Noun                            s                     boys
3.      {POSS} = possessive                               Noun                            -’s                    boy’s
4.      {COMP} = comparative                           Adjective                      -er                   older
5.      {SUP} = superlative                                  Adjective                      -est                  oldest
6.      {PRES} = present                                     Verb                            -s                     walks
7.      {PAST} past                                             Verb                            -ed                   walked
8.      {PAST PART} = past participle                Verb                            -en                   driven
9.      {PRES PART} = present participle           Verb                            -ing      driving
Notice that, as noted above, even irregular forms can be representedmorphologically is using these morphemes. E.g. the irregular plural sheep iswritten as {sheep} + {PLU}, even though the typically form of {PLU} is not usedhere.
Similarly, better = {good} + {COMP}; drove = {drive} + {PAST}.

2.      Derivational Affixes
Derivational morphemes create new words. Theyderive new words from other words. Derivational change part of speech or the meaning of a word.
Example :
unhappy un + happy;
happiness happy + ness
preview pre + view.
There is an indefinite number of derivational morphemes.For example, the following are some derivational suffixes:
{ize} attaches to a noun and turns it into a verb: rubberize
{ize} also attaches to an adjective and turns it into a verb: normalize
{ful} attaches to a noun and turns it into an adjective: playful, helpful
{ly} attaches to an adjective and turns it into an adverb: grandly, proudly
A different {ly} attaches to a noun and changes it into an adjective: manly, friendly
English also has derivational prefixes, such as:{un}, {dis}, {a}, {anti}, all of which indicate some kind of negation: unhappy, dislike, atypical, anti-aircraft.

CHAPTER III
CLOSING
A.     Conclusion
Morphology is one aspect in linguistic specially studies about a word and linguistic studies about language, to make a good language we must study about morphology because morphology is one of basics thing in linguistic. Morphology is very important for every people, because if we understand morphology, we will easy to make new word.
Free morphemes are those that can stand alone as words.Free morphemes are also referred as roots.Bound morphemes can occur only in combination—they are parts of a word.Bound morphemes are also referred to as affixes, among which there are prefixes, Infixes, and suffixes.
Inflectional morphemes, on the other hand, do not change meanings or parts of speech, but instead simply make minor grammatical changes necessary for agreement with other words. Derivational morphemes create new words. They derive new words from other words